Mental
Kerupuk
Oleh:
Syarifah Nihlah Yahya
Setelah makan
malam, Syafa duduk bersama keluarganya di ruang keluarga. Hari ini begitu spesial.
Sebab, tante Wati datang dari Balikpapan untuk berlibur. Kebersamaan itu
diwarnai dengan perbincangan mengenai Syafa yang tengah menanti pengumuman
kelulusan SD agar dapat melanjutkan ke jenjang SMP.
“Syafa mau nggak
ngelanjutin sekolah di Balikpapan? Temanin tante aja di Balikapan. Nenek kan
mau berobat, jadi tante bakalan sendirian disana. Mau nggak? Jadi bisa belajar
buat mandiri juga! Gimana?” ajak tante Wati.
Syafa terdiam. Ia
memang sedikit tertarik mendengar tawaran tante Wati. Sudah lama ia ingin
melatih dirinya untuk tidak selalu bergantung pada kedua orangtuanya. Namun, ia
menyayangi teman-teman dan semua sahabatnya. Ia merasa berat meninggalkan
semuanya. Ia takut tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya.
“Gimana?
Mau nggak?” ujar tante Wati menunggu jawaban Syafa.
“Syafa
pikirin dulu ya, tan. Soalnya Syafa udah punya banyak teman disini. Sayang aja
kalo harus pergi ninggalin.” jawab Syafa ragu akan pilihannya.
“Tante
tau. Kamu bebas milih kok! Tante tunggu jawaban kamu, ya!” jawab tante Wati.
“Iya, tante. Tapi
kalo menurut ayah sama ibu gimana? Apa memang sebaiknya Syafa ikut tante Wati?
Syafa kurang mandiri ya?” tanya Syafa pada kedua orangtuanya.